objek wisata pulau pramuka, merupakan salah satu pulau yang berada di gugusan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu..
wisata pulau pramuka
wisata pulau pramuka
Kabarnya di pulau inilah terdapat sarana pelestarian Penyu Sisik, Eretmochelys imbricata. Pulau yang luasnya hanya 9 Ha ini cukup menarik, sehingga ketika anak-anak saya meminta untuk berkunjung ke sana, segara saya setujui.
wisata pulau pramuka Tidak seperti biasanya, Senin itu, pkl 05.00 wib, anak-anak sudah bangun, pakaian renang, perlengkapan snorkeling, makanan ringan, dan perlengkapan lainnya, semua sudah disiapkan dan dimasukan ke dalam tas punggung. Masing-masing bertanggungjawab untuk membawa tas punggungnya sendiri-sendiri. Saya sendiri, sudah menyiapkan Camera digital, binocular, charger, dan flashdisk cadangan. Pokoknya, pkl 06.00 pagi itu, kami sudah siap berangkat menuju Muara Angke, untuk menyeberang ke Pulau Pramuka.
Pkl 07.00 wib kami sudah tiba di Muara Angke, sebuah pelabuhan rakyat yang sangat sederhana. Terlihat ada beberapa kapal yang sandar. Barang-barang bercampur jadi satu dengan penumpang. Bahkan ada juga beberapa motor yang ikut dinaikan, yang ditempatkan bagian depan kapal. Tidak terlihat banyak turis, karena memang bukan tanggal merah, kebanyakan adalah penduduk sekitar kepulauan seribu. Tidak tersedia bangku-bangku khusus untuk duduk, jadi penumpang, cukup dengan duduk selonjoran saja di palka kapal.
Tentu ini adalah pengalaman pertama untuk kami ke objek wisata pulau pramuka. Nampak si Adriel sangat menikmati perjalanan ini. Tidak seperti biasanya dia berani bertanya-tanya kepada sang Captain Kapal, yang kebetulan duduk dibelakang kemudi. Debby terlihat muntah-muntah, karena tidak terbiasa, begitu juga saya yang nyaris saja. Dengan waktu tempuh 2 jam 15 menit, dan ongkos Rp 30.000,- perorang dan Rp 15.000,- untuk anak-anak, akhirnya sampailah kami di Pulau Pramuka. Penduduk, nampak ramah, semua tersenyum atas kehadiran kami yang nampak seperti turis (gembel) ini. Beberapa di antaranya menawarkan tempatnya untuk di inapi, yang lain menawarkan hotel dan hostelnya, tetapi nampak tidak begitu memaksa. Jumlah penduduk yang tidak seberapa ini, memang sangat menyolok jika ada pendatang yang hadir.
Petualangan di Pulau Pramuka pun di mulai
Saya susuri semua lokasi wisata Pulau Pramuka, sambil mencari-cari penginapan yang murah meriah, ke sisi sebelah kanan dermaga, hingga ke ujung pulau. Tetapi rupanya tidak ada, hanya ada 1 hostel saja yang terlewat, tetapi seperti tidak ada penghuninya, sehingga kami tidak berani masuk.
Kembali lagi ke dermaga, dan mampir di warung kopi, sambil memesan indomie. Mulailah kami bertanya-tanya kondisi sekitar sini. Dari obrolan singkat, diperoleh keterangan bahwa disini ada beberapa hostel/wisma, di antaranya adalah: Wisma Delima, Wisma Dermaga, dan Wisma PHPA. Rata-rata harga perhari adalah Rp 350.000,- an. Fasilitasnya ada AC, TV, dsb, tetapi sayangnya semua fasilitas tersebut hanya bias dinikmati mulai pkl 17.00 wib. Maklum, karena untuk penerangan di sini hanya menggunakan genset. Setelah dipertimbangkan, akhirnya saya memilih wisma PHPA, yang ratenya, setelah ditawar menjadi Rp 250.000,-. Sebuah wisma yang sangat besar. Bisa menampung 15-an orang sebetulnya, karena di dalamnya sudah tersedia beberapa matras untuk tidur. Jadi kalau rombongan., menginap di sini terhitung murah. Hanya saja, karena kami hanya berempat, jadi sebetulnya cukup mahal juga.
Di depan wisma, ada peralatan outbond, dengan pohon-pohon besar yang cukup teduh, menara pengawas, sementara di sisi kiri ada lapangan bola yang cukup luas. Di sisi kanan wisma terdapat sarana penetasan telur penyu sisik, yang menurut saya cukup menarik, untuk dipelajari oleh anak-anak. Tempat yang tidak begitu luas, tetapi di dalamnya terdapat beberapa kolam yang terbuat dari fiber glass berwarna biru. Di mana di setiap kolam disi oleh penyu seumuran, dan di kolam lainnya dengan umur yang berbeda, jadi agak besaran sedikit, hingga yang sudah dewasa, di kelompokan terpisah berdasarkan umur.
Rupanya, di sini wisata Pulau Pramuka hanyalah sebatas tempat penetasan telur penyu saja. Sedangkan penyunya sendiri tidak pernah mendarat untuk bertelur di pulau ini. Sepengetahuan saya, di dunia, ada 7 jenis penyu. Penyu sisik adalah salah satunya, dan merupakan hewan langka yang dilindungi oleh Undang-Undang. Ketujuh jenis penyu tersebut adalah sbb:
Penyu hijau (Chelonia mydas)
Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)
Penyu lekang kempii (Lepidochelys kempi)
Penyu lekang (Lepidochelys olivachea)
Penyu belimbing (Dermochelys coriacea)
Penyu pipih (Natator depressus)
Penyu tempayan (Caretta caretta)
Penyu merupakan hewan yang sangat unik, tubuhnya terbungkus oleh karapas keras yang pipih, dan dilapisi zat tanduk. Karapas ini berfungsi untuk melindungi diri dari predatornya. Sedangkan di bagian bawah, dada dan perut dilundungi dengan yang disebut plastron. Penyu juga memiliki alat dayung (fliper) pada bagian depan, dan fliper bagian belakang sebagai kemudi.
Pulau Pramuka hanyalah salah satu tempat penangkaran, tempat-tempat populer lainnya adalah: Pantai Selatan Jawa Barat, Pangumbahan, Cikepuh; Pantai Selatan Bali, dekat Kuta; Kalimantan Tengah (Sungai Cabang); Pantai Selatan Lombok; dan Jawa Timur (Alas Purwo).
Pulau yang tidak begitu luas ini, habis kami jelajahi hanya dengan 1 jam-an saja. Sebuah pulau yang termasuk padat, berjumlah 1004 jiwa, yang terdiri dari suku Bugis, Tangerang, dan Jakarta.
Pulau Pramukanya sendiri, menurut saya tidaklah begitu menarik. Hanya saja, dari sinilah awal pemberangkatan kita jika ingin ke pulau-pulau sekitarnya dengan menggunakan ojek kapal. Di Pulau ini juga tersedia toko yang menyewakan peralatan menyelam, dengan harga sekitar Rp 40.000-an, lokasinya tepat di sebelah rumah sakit dan kantor pos.
Setelah istirahat sebentar di penginapan, sorenya kami berangkat ke pulau Karya, yang menurut penduduk sangat menarik untuk berenang anak-anak, karena pasirnya yang putih bersih. Kami menumpang ojek kapal, dengan ongkos yang hanya Rp 3.000,- per orang. Tiga puluh menit perjalanan, akhirnya kami sampai di Pulau Karya. Pulau yang nampaknya tidak ada “perumahan penduduknya”, hanya semacam komplek atau kantor kepolisian. Di sisi sebelah kanan dermaga, nampak pasir putih, dan saya pun membiarkan anak-anak berenang di pantai, yang cukup teduh, karena terlindung pohon-pohon. Saya sendiri malah memanfaatkan untuk tiduran di tepian dermaga. Lumayan, untuk menghilangkan penat. Dan kebetulan tidak ada pengunjung lainnya.
Hari sudah menjelang sore, kami pun bersiap-siap kembali ke dermaga, menunggu kapal ojek yang akan ke Pulau Pramuka. Cuaca masih sangat cerah, langit nampak biru, pertanda tidak ada polusi, berbeda dengan Jakarta yang selalu kelabu, penuh dengan polusi yang menyesakan. Sulit membedakan antara sedang mendung dengan polusi. Gelombang ombak, mengantar kami di atas kapal, seakan tidak terasa, hingga tiba kembali di pulau Pramuka.
Malamnya, kami memancing di sekitar dermaga, menggunakan umpan “udang-udangan” hingga beberapa jam, ternyata tidak berhasil. Lalu umpan kami ganti dengan cumi betulan yang kami peroleh dari pemancing lain. Setelah beberapa menit, melemparkan umpan kelaut, ternyata tetap tidak berhasil. Yah… memang pada dasarnya kami tidak hobi memancing, dan juga tidak ada seekorpun yang berhasil di peroleh. Kegiatan mincing pun kami hentikan, pulang ke wisma, istirahat, tidur.
Malam, semakin larut, suara genset terdengar dari kejauhan, yang sedikit mengganggu. Mengingatkan saya sewaktu kecil, ketika PLN belum menjangkau rumah saya, suara genset inilah yang menjadi pendengaran setiap malam. Nyamuk, cukup banyak, tetapi beruntung si pengelola sudah menyediakan “Baygon”, tinggal semprot, beres.
Mungkin saking capenya, bangun tidurpun semuanya jadi kesiangan. Pukul 09.00 wib, Buset!. Itu pun dibangunkan oleh sipengelola wisma, yang dia pikir sudah tidak ada penghuninya lagi.
Selesai mandi, kami pun segera mencari makanan. Di sini, banyak penjual makanan, bahkan warung padang pun ada. Hanya saja, dari semalam saya mencari penjual ikan baker, ternyata di Pulau Pramuka ini tidak ada yang menjual. Harus menyeberang naik kapal lagi, ada pulau yang khusus menjual ikan bakar. Bah …
Sebelum pulang, anak-anak sempat mengumpulkan beberapa specimen, kerang-kerangan, dan juga tukik yang sudah mati, yang katanya untuk bahan pelajaran, nanti di rumah. Karena besok akan pilpres, pkl 13.00 wib, kami segera kembali ke Muara Angke
Belum ada tanggapan untuk "objek wisata pulau pramuka"
Posting Komentar