Wanawisata Gunung Puntang adalah salah satu 
tempat wisata di kawasan 
 Bandung selatan, tepat di Desa/Kecamatan Cimaung Kab. 
Bandung, hanya  dikenal kalangan wisatawan petualang. Suasana pegunungan, hutan, dan  sungainya memang merupakan kawasan strategis untuk camping (berkemah).
Ada juga yang mengenal Wanawisata Gunung Puntang sebagai kawasan wisata  sejarah karena dulunya merupakan kompleks Stasiun Malabar Gunung Puntang  yang saat itu (1919) merupakan Stasiun Radio terbesar pertama di Asia,  dipimpin oleh Dr. Ir. C.J. de Groot.
 Anggapan tersebut tidak bisa  dipersalahkan karena wanawisata dengan luas 54,84 ha tersebut berada di  lahan RPH Logawa, yang dikelola BKPH Banjaran, KPH Bandung Selatan.  Selain itu, wanawisata yang berada di ketinggian 1.300 m dpl,  konfigurasi lapangan pada umumnya bergelombang dengan suhu udara 18  sampai 23 derajat Celsius dan curah hujan 2.000 hingga 2.500 mm/tahun,  sangat cocok untuk wisata berpetualang atau bermalam dengan mendirikan  tenda (berkemah) atau sekadar menikmati udara segar pegunungan.
Sebenarnya, kalau mau sedikit mengeluarkan keringat dan berkeliling  seputar kawasan, ada banyak hal yang dapat dinikmati. “
Gunung Puntang  merupakan wanawisata yang sangat komplet. Selain dapat menikmati  kesegaran alam pegunungan dengan hutannya yang masih hijau lebat dan air  sungai yang jernih dan dapat direnangi, pengunjung juga dapat  menyaksikan satwa dan tetumbuhannya yang menjadikan Gunung Puntang  sebagai objek wisata pendidikan,” ujar Kasubdin Pariwisata Disbudpar  Jabar, Drs. Eddi Kusnadi.
Di Wana Wisata Gunung Puntang (WWGP), tidak jauh dari pintu masuk  wanawisata, setelah membayar uang masuk Rp 4.000,00 per orang,  pengunjung langsung dapat menikmati keteduhan pepohonan dan suara air  mengalir. Tidak hanya suara desir dedaunan pohon pinus saat tertiup  angin, harum pohon saninten, jamuju, ki hujan, ki damar, dan pepohonan  langka lainnya akan menyapa hidung.
Merupakan kebahagiaan tersendiri bagi anak-anak saat melintasi jembatan  gantung yang membentang di antara tambang baja dan di bawahnya mengalir  sungai dipenuhi bebatuan dengan airnya yang bening. “Datanglah lebih  pagi, selain sambil berolah raga juga akan lebih tenang berekreasi.  Karena semakin siang akan banyak pengunjung yang bermain di sungai,”  ujar Endi, salah seorang petugas Wana Wisata Gunung Puntang.
Air jernih yang mengalir di antara bebatuan besar semakin siang semakin  tidak terasa dingin. Ratusan meter, bahkan mungkin lebih, anak-anak  maupun orang tua, terlihat berjejer sepanjang sungai, di antara berendam  di air maupun berjemur di bebatuan.
Sebenarnya sebelum menikmati dinginnya air sungai yang berasal dari  Curug Siliwangi, ada hal yang lebih mengasyikkan saat mengunjungi WWGP.  Sekitar 500 meter dari pintu gerbang, kita akan menemui tanah lapang  yang biasa dipergunakan untuk berbagai kegiatan. Tidak jauh dari lapang  tersebut kita akan menemukan lokasi Kampung Radio (Radio Dorf) meski  hanya tinggal tembok batu.
Di bebatuan dekat pintu masuk bangunan tertulis nama-nama siapa yang  pernah tinggal di kampung itu, di antaranya Mr. Han Moo Key, Mr. Nelan,  Mr. Vallaken, Mr. Bickman, Mr. Hodskey, Ir. Ong Keh Kong, Djukanda,  Sudjono, dan Sopandi. Menurut sejarah, di lokasi perkampungan karyawan  stasion yang dipimpin oleh Dr. Ir. C.J. de Groot (1923) tersebut  dahulunya kompleks rumah dinas yang dilengkapi lapangan tenis, kolam  renang, pertokoan, bahkan bioskop.
Masih di dekat lapang dan reruntuhan Kampung Radio, terdapat dua gua  yang menarik perhatian. Kedua gua itu konon dibuat oleh Belanda pada  tahun 1940 dan kemungkinan dulu keduanya saling berhubungan. Menurut  keterangan dari para petugas di sana, kedua gua tersebut dulunya dipakai  tempat untuk menyimpan komponen peralatan stasiun radio dan telefon.
Untuk masuk ke dalam dibutuhkan kehati-hatian karena selain gelap  gulita, semakin ke dalam jalanan becek dan berbatu. Mulut gua ini cukup  tersembunyi di antara lekukan tanah yang bila diperhatikan secara  sekilas mirip dengan wajah harimau.
Bila kondisi cuaca sedang bagus (musim panas), kita dapat melakukan  forest tracking dengan menyusuri jalan setapak untuk mengunjungi kolam  yang dibuat oleh Belanda. Di sini kita dapat melihal lembah Gunung  Puntang sekaligus puncaknya yang terkadang tertutup kabut. Bahkan bila  cukup waktu, pengunjung dapat mengunjungi Curug Siliwangi yang terdapat  di kawasan hutan Gunung Puntang. Dibutuhkan waktu sekitar 2 jam  perjalanan untuk sampai ke air terjun yang memiliki ketinggian hingga  100 meter lebih tersebut.
Selama perjalanan banyak hal yang ditemui. Berbagai tetumbuhan dan hewan  hutan yang sudah sangat langka akan kita jumpai, semisal, manintin,  surili, menjangan, sero, burung elang, tekukur, dan ketilang.
Untuk mencapai lokasi Curug Siliwangi ini, sebaiknya menggunakan jasa  pemandu setempat agar tidak tersesat dan dapat langsung ke tempat tujuan  melalui jalur yang tidak jauh. Karena kalau sampai tersesat jauh ke  dalam hutan, bisa-bisa lupa jalan pulang. Bahkan tidak mustahil, akan  bertemu dengan satwa liar berbahaya yang masih menghuni Gunung Puntang,  semisal ular sanca hijau, ular cibuk, ulai cai, ular lingas, ular  belang, macan tutul, serigala, dan babi hutan.
Masih di kawasan Gunung Puntang, tepatnya dekat gerbang masuk kawasan  WWGP, wisatawan yang membawa keluarga sudah dapat menikmati fasilitas  rekreasi “Bougenvile” yang tidak kalah menarik. Fasilitas milik swasta  berupa taman wisata ini menyediakan dua kolam renang besar dan satu  kolam renang untuk anak-anak, serta tiga unit villa menjadi daya tarik  tempat wisata ini.
Lewat konsep taman wisata alam, “Bougenvile” menyediakan tempat bermain  dengan taman yang dilewati aliran sungai kecil yang airnya sangat jernih  berasal dari 
Gunung Puntang. Kolam renang yang ada di taman itu  memperoleh pasokan air langsung dari mata air yang mengalir  terus-menerus sehingga selalu jernih dan dingin ini dijamin pengelolanya  bebas kaporit.
Selain tiket masuk yang relatif terjangkau, vila-vila yang ada bisa  disewa dengan tarif mulai Rp 700.000,00 per malam. Bila rombongan  berminat untuk menyewa seluruh lokasi beserta semua fasilitas yang ada,  dikenakan biaya sebesar Rp 4 juta rupiah sehari.
Seperti halnya kawasan wisata pegunungan umumnya sekitar Kota Bandung,  nasi timbel komplet, gorengan, mi bakso, serta minuman bandrek dan  bajigur mudah didapat. Bahkan, kalau sedang musimnya, buah-buahan serta  sayuran dengan harga sangat murah dapat jadi buah tangan.

Untuk mencapai 
Gunung Puntang, wisatawan yang menggunakan kendaraan  pribadi dari pusat Kota Bandung, lokasi yang berjarak sekitar 30  kilometer arah selatan dapat melalui Soreang untuk kemudian ke Cimaung  atau melalui Buahbatu dan M. Toha untuk kemudian ke Banjaran dan  akhirnya ke Cimaung.
Sementara bagi yang menggunakan angkutan umum, mereka dapat menggunakan  sarana angkutan dari Leuwipanjang (arah Soreang) atau Tegallega (arah M.  Toha) dan Buahbatu (arah Dayeuhkolot). Dapat juga menggunakan angkutan  dari Terminal Kebon Kalapa dan Tegallega yang langsung ke Pangalengan.  Untuk seterusnya turun di Cimaung dan disambung angkutan pedesaan atau  ojek. Ada baiknya, datanglah lebih pagi. Sambil berolah raga di alam  pegunungan juga berekreasi.
Tempat wisata bandungTempat wisata subang Tempat wisata purwakarta
Belum ada tanggapan untuk "wisata alam gunung Puntang Bandung"
Posting Komentar